COVER
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHILUAN
1.1 Latar Belakang Masalah .................................................................
1.2 Rumusan Masalah ..........................................................................
BAB II PEMBAHASAAN
2.1 Pengertian Toleransi dan Etika Dalam Pergaulan
A) Ayat-ayat Al-Qur’an yg Membahas Tentang Toleransi dan Etika Pergaulan
B) Kandungan Isi Surat AL-Kafirun
C) Asbabun Nuzul Surat Al-kafirun
D) Tafsir Global
E) Prilaku Umat Islam yg Memahami Kandungan Surat Al-kafirun
F) Kosa Kata Surat Al-kafirun
G) Faedah Surat Al-kafirun
H) Penjelasaan Surat Ayat Yunus 40-41
I) Prilaku orang-orang yg mengamalkan surat Yunus ayat 40-41
J) Hadis-hadis yg bersangkutan dengan Toleransi dan Etika Pergaulan
K) Prilaku bertoleransi dan beretika dalam kehidupan sehari-hari
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan .....................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Budi Pekerti berarti sikap dan prilaku yg baik. Sifat-sifat yg baik akan mendatangkan kebaikan dan sebaliknya faktor yg kurang baik akan menghasilkan keburukan pula. Oleh sebab itu kita butuh menjunjung tinggi kualitas budi pekerti yg luhur. Ajaran budi pekerti menuntut kita supaya rutin berbuat kebaikan, kebenaran, dan memupuk keharmonisan gubungan insan dengan tuhan, insan dengan manusia, dan insan dengan lingkungan, yg tidak jarang disebut dengan konsep tri hita karana. Salah satu tahap dari konsep tri hita karana artinya relasi insan dengan manusia. Hal ini sangat butuh dilakukan oleh umat manusia, sebab insan sebagai makhluk social yg memperlukan adanya relasi dengan insan lainnya, faktor ini dilakukan berfungsi untuk mampu memenuhi kebutuhan hidupnya. Maka dari itu sangat butuh perjuangan insan untuk mewujudkan relasi yg harmonis antar umat manusia.Salah satu caranya yaitu membuatkan sikap Toleransi, Etika pergaulan.[1])
Dalam goresan pena yg sangat sederhana berikut ini, penulis berusaha mengelaborasi dengan cara tematis konsep Islam mengenai toleransi dan etika pergaulan. Diawali dengan penjelasan seputar definisi, kemudian dilanjutkan dengan upaya untuk membuktikan bahwa Islam rahmatan lil ‘alamin sekaligus menyampaikan jalan keluar dalam mensikapinya, yaitu dengan prinsip toleransi (tasamuh) dan beretika dalam pergaulan. Pada tahap akhir akan diuraikan dengan cara komprehensif solusi dimaksud, sesuai dengan perspektif yg dimajukan al-Quran dan sunnah.
1.2 Rumusan Masalah
Apa arti dari toleransi dan etika pergaulan?
Apa sajakah ayat Al-Qur’an yg mengulas mengenai toleransi dan etika pergaulan?dan apa kandungan ayatnya?
Bagaimana tutorial menerapkan perilaku nasib toleransi dan etika pergaulan dalam kehidupan sehari-hari.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Toleransi dan Etika
Toleransi artinya istilah dalam konteks sosial, budaya dan agama yg berarti sikap dan tindakan yg melarang adanya diskriminasi terhadap kelompok-kelompok yg tidak sama alias tidak mampu diterima oleh lebih banyak didominasi dalam sebuah masyarakat. Contohnya artinya toleransi beragama, dimana penganut lebih banyak didominasi dalam sebuah masyarakat mengizinkan kehadiran agama-agama lainnya[2]). Kata toleransi sebetulnya bukanlah bahasa “asli” Indonesia, tetapi serapan dari bahasa Inggris “tolerance”, yg definisinya juga tidak jauh tidak sama dengan kata toleransi/toleran. Menurut Oxford Advanced Learners Dictionary of Current English, toleransi artinya quality of tolerating opinions, beliefs, customs, behaviors, etc, different from one’s own[3]).Adapun dalam bahasa Arab, istilah yg lazim dipergunakan sebagai padanan dari kata toleransi artinya سماحة alias تسامح. Kata ini pada dasarnya berarti al-jud (kemuliaan). alias sa’at al-shadr (lapang dada) dan tasâhul (ramah, suka memaafkan). Makna ini selanjutnya berubah menjadi sikap lapang dada/ terbuka (welcome) dalam menghadapi perbedaan yg berasal dari kepribadian yg mulia[4])
Etika artinya dalam bahasa Yunani “Ethos”, berarti watak kesusilaan alias budaya kebiasaan (custom). Etika biasanya berkaitan erat dengan perkataan moral yg artinya istilah dari bahasa Latin, yaitu “Mos” dan dalam bentuk jamaknya “Mores”, yg berarti juga budaya kebiasaan alias tutorial nasib seseorang dengan melakukan tindakan yg baik (kesusilaan), dan menghindari hal- faktor tindakan yg buruk[5])
A) Ayat-Ayat Al-Qur’an yg Membahas Tentang Toleransi dan Etika pergaulan
Secara doktrinal, toleransi sepenuhnya diharuskan oleh Islam. Islam dengan cara definisi artinya “damai”, “selamat” dan “menyerahkan diri”. Definisi Islam yg demikian tidak jarang dirumuskan dengan istilah “Islam agama rahmatal lil’ālamîn” (agama yg mengayomi seluruh alam). Ini berarti bahwa Islam bukan untuk menghilangkan semua agama yg telah ada. Islam memperkenalkan obrolan dan toleransi dalam bentuk saling menghormati. Islam menyadari bahwa keragaman umat insan dalam agama dan keyakinan artinya kehendak Allah, sebab itu tidak mungkin disamakan.
Berikut ini artinya ayat-ayat yg membahas mengenai seruan untuk bertoleransi dan beretika dalam pergaulan.
[6]Surat Al-Kafirun ayat 1-6
1. Katakanlah: "Hai orang-orang kafir,
2. Aku tidak akan menyembah apa yg kamu sembah.
3. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yg Aku sembah.
4. Dan Aku tidak sempat menjadi penyembah apa yg kamu sembah,
5. Dan kamu tidak sempat (pula) menjadi penyembah Tuhan yg Aku sembah.
6. Untukmu agamamu, dan untukkulah, agama
B) Kandungan Isi Surat Al-kafiruun
Secara umum, surat ini mempunyai dua kandungan utama. Pertama, ikrar kemurnian tauhid, terutama tauhid uluhiyah (tauhid ibadah). Kedua, ikrar penolakan terhadap semua bentuk dan praktek peribadatan terhadap tidak hanya Allah, yg dilakukan oleh orang-orang kafir[7]
Kemudian QS Al-Kafirun ini ditutup dengan pernyataan dengan cara timbal balik, yaitu untukmu agamamu dan untuku agamaku. Dengan demikian, masing-masing pemeluk agama mampu melaksanakan apa yg dianggapnya benar dan baik sesuai dengan keyakinannya tanpa memaksakan pendapat terhadap orang-orang lain dan sekaligus tidak melalaikan keyakinan masing-masing dan akan dipertanggung jawabkan masing-masing dihadapan Allah. Dengan turunnya ayat ini, Hilanglah andalan orang-orang musyrikin Quraisy yg berusaha membujuk Nabi Muhammad SAW supaya bersikap toleran dengan jalan untuk kompromi dalam bidang Aqidah Islam.[8])
C) Sebab Turunnya Surat Al-Kafirun Ayat 1-6/asbabul nuzul
Surat Al-Kafirun ini termasuk surat makiyah alias surat yg diturunkan di Mekah, sebelum Rasulullah saw. berhijrah ke Madinah. Al-Kafirun artinya orang-orang kafir. Surat ini dinamakan Al-Kafirun, sebab tema pokoknya membahas sikap Rasulullah saw. dan umat Islam terhadap orang-orang kafir sebagaimana terungkap dalam pojok kisah berikut ini.
Beberapa tokoh kaum kafir (kaum musyrikin) di Mekah semacam Al-Walid bin Al-Mugirah, Aswad bin ‘Abdul Muttalib dan Umayyah bin Khalaf, datang terhadap Nabi Muhammad saw. memperkenalkan kompromi yg menyangkut pelaksanaan peribadahan.
Mereka mengusulkan, supaya Rasulullah saw. dan umat Islam mengikut kepercayaan mereka dan mereka pun akan mengikuti agama Islam. Mereka berkata, “Wahai Muhammad, bagaimana apabila kami menyembah Tuhanmu selagi setahun dan kamu juga menyembah Tuhan kami selagi setahun. Jika agamamu benar, kami mendapat keuntungan, sebab kami juga menyembah Tuhanmu, dan apabila agama kami yg benar, kamu juga pasti mendapatkan keuntungan.”
Mendengar usul kaum kafir itu Rasulullah saw. dengan tegas menjawab, “Aku berlindung terhadap Allah swt. supaya tidak termasuk orang-orang yg bersikap dan berperilaku syirik alias menyekutukan Allah.” Untuk mempertegas penolakan Rasulullah saw. tersebut, kemudian Allah SWT menurunkan surat Al-Kafirun. Setelah Rasulullah saw. mendapatkan surat Al-Kafirun ini, beliau lalu mendatangi tokoh-tokoh kaum kafir (musyrikin) di Mekah, yg waktu itu sedang berkumpul di Masjidil Haram. Di hadapan mereka Rasulullah saw. membacakan surat Al-Kafirun ayat 1 hingga 6 dengan mantap dan lantang, jadi mereka menyadari bahwa usul mereka untuk berkompromi dalam keimanan dan ibadah agama, ditolak oleh Rasulullah saw. dan umat Islam.
D) Tafsir global surat al-kafirun
G. Penerapan Perilaku yg Mencerminkan Surat Al-Kafirun Ayat 1-6
1. Setiap muslim/muslimat akan bertekad dan berusaha dengan cara sungguh-sungguh supaya selagi nasib di dalam dunia ini senantiasa menyakini kebenaran agama Islam yg dianutnya dan mengamalkan seluruh ajarannya dengan bertakwa terhadap Allah swt.
2. Walaupun antara umat Islam dengan umat lain (non-Islam) tidak ada kompromi (toleransi) dalam faktor keimanan (akidah) dan peribadahan, tetapi dalam pergaulan dan kehidupan bermasyarakat, umat Islam dan umat lain (non-Islam) hendaknya saling menghormati dan menghargai dan bekerja sama dalam urusan dunia demi terwujudnya keamanan, ketertiban, kedamaian, dan kesejahteraan bersama.
3. Menolak ajakan kaum musyrikin untuk tukar-menukar pengalaman dalam keimanan dan peribadahan alias untuk keluar dari agama Islam dan menganut agama mereka, dengan tegas dan bijaksana. (Pelajari Q.S. Al-Baqarah, 2 :217).
Pengamalan surat al-Kafiruun
E) Perilaku umat islam yg telah memahami kandungan surah al-kafirun
a)
Menolak aliran kaum musyrik untuk menukar-nukar pengalaman dalam keimanan dan peribadahan alias untuk keluar dari agama islam dan menganut agama mereka dengan tegas dan bijaksana
Bertekad dan berusaha dengan cara sungguh-sungguh supaya senantiasa meyakani agama islam dan mengamalkan seluruh ajarannya dengan bertaqwa terhadap Allah swt
Walaupun antara umat muslim dan nonmuslim tidak ada toleransi dalam keimanan tapi tetap melakukan toleransi dalam pergaulan bermasyarakat
MENERAPKAN PRILAKU BERTOLERANSI DAN BERETIKA
b)
1. Menjalankan ibadah sesuai aturan agama dengan sebaik-baiknya.
2. Tidak saling mengejek dan mencela penganut agama lain.
3. Menghormati penganut agama lain yg sedang memperingati hari besar agamanya.
4. Menghormati dan menghargai sesame muslim yg tidak sama tata tutorial ibadahnya.
5. Menghormai dan menghargai perbedaan pendapat antar kelompok Islam.
6. Tidak berpendapat remeh kelompok Islam lain dan penganut agama lain.
F) Kosa Kata Surat Al-kafirun
قُلْ
Katankanlah, Wahai Muhammad
يَاأَيُّهَاالْكَافِرُونَ
“Wahai orang-orang – orang-orang yg kafir”. Pemimpin – pemimpin musyrikin Mekkah.
لَاأَعْبُدُمَاتَعْبُدُونَ
“ saya tidak akan menyembah apa yg anda sembah”. Tidak di waktu kini dan tidak pula di masa akan datang.
وَلَاأَنتُمْعَابِدُونَمَاأَعْبُدُ
“ dan anda bukanlah orang-orang – orang-orang ang menyembah Rabb ( Allah ) yg saya sembah “.
لَكُمْدِينُكُمْوَلِيَدِينِ
“ bagi anda agama anda “ . yaitu syirik yg anda lakukan.
وَلِيَدِينِ
“ dan bagiku agamaku” .
yaitu tauhid dan Islam yg saya berada padanya dan tidak akan melepaskannya.Di masa kini dan yg akan datang. Ada yg berpendapat bahwa dua kalimat selanjutnya ( ayat 4 dan 5 ) sebagai penegas, tetapi ada pula yg berpendapat bahwa 2 dan 3 memperlihatkan perbedaan sesembahan ( Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam menyembah Allah Subhanahuwata’ala sedang mereka menyembah berhala ), adapun ayat 4 dan 5 memperlihatkan pebedaan dalam ibadah itu sendiri ( ibadah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam artinya yg murni untuk Allah satu – satunya tanpa dicampuri kesyirikan dan kelalaian dari Yang disembah sedangkan ibadah mereka semuanya artinya syirik mempersekutukan Allah ) jadi keduanya tidak akan sempat mampu bertemu.
G) Faedahnya Surat Al-kafirun
Berkata Ar Razy radhiyallahu anhu : “ telah menjadi kebiasaan, orang-orang menggunakan ayat ini
لَكُمْدِينُكُمْوَلِيَدِينِ
“ bagi anda agama anda dan bagiku agamaku” Dalam arti lain dikala berselisih lalu satu sama lain saling meninggalkan. Demikian itu tidak boleh sebab tidaklah Allah Ta’ala menunkan Al Quran untuk dipakai dengan makna lain, tetapi diturunkan untuk direnungkan isinya dan diamalkan tuntutannya” ( Tafsir Al Razy juz 22 hal.148)
Faedah Surat Yunus ayat 40-41
1. Penetapan akidah mengenai qadha dan qadar terhadapa orang-orang – orang-orang kafir dan mukmin.
2. Perlindungan Allah Subhanahuwata’ala terhadap Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam dan terpeliharanya beliau dari mendapatkan usulan kaum musyrikin yg bathil.
3. Penetapan kewajiban pemisahan antara orang-orang – orang-orang yg beriman dengan orang-orang – orang-orang kafir dan musyrik.[9]
1. Q:S Yunus:40-41
40. Di antara mereka ada orang-orang yg beriman terhadap Al Quran, dan di antaranya ada (pula) orang-orang yg tidak beriman kepadanya. Tuhanmu lebih mengenal mengenai orang-orang yg berbuat kerusakan.
41. Jika mereka mendustakan kamu, Maka Katakanlah: "Bagiku pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu. kamu berlepas diri terhadap apa yg Aku kerjakan dan akupun berlepas diri terhadap apa yg kamu kerjakan".
H) Penjelasan Surat/ ayat Yunus 40-41
Pada ayat ke 40 surat Yunus Allah membahas orang-orang yg tidak beriman (kaun Kafir) yg mendustakan Al Qur’an dibagi menjadi dua. Pertama golongan yg sangatlah mempercayai dengan iktikad baik terhadap Al Qur’an, mereka termasuk orang-orang yg menghormati pendapat orang-orang lain. Kedua golongan yg sama sekali tidak mempercayai dan semakin menerus di dalam kekafiran, mereka termasuk orang-orang membikin kerusakan.
Pada ayat yg ke 41 surat Yunus “Bagiku pekerjaanku bagi kamu pekerjaan kamu”, bahwa Islam sangat menghargai perbedaan-perbedaan diantara manusia, sebab masing-masing punya hak. Dan tidak boleh memaksakan orang-orang lain memeluk agama Islam, sekalipun Islam agama yg benar. Yakni biarlah kita berpisah dengan cara baik-baik dan masing-masing akan dinilai Allah dan diberi balasan dan ganjaran yg sesuai.
Asbabun Nuzul QS Yunus 40-41
ASBABUN NUZUL SURAH YUNUS AYAT 40-41
Tidak semua wahyu Allah tersedia asbabun nuzul. Salah satunya yaitu Surat Yunus ayat 40-41. Dalam tafsir tidak dijelaskan penyebab (asbabun nuzul) ayat tersebut.
ISI KANDUNGAN SURAH YUNUS AYAT 40-41
1. Ada golongan umat insan yg beriman terhadap Al-Qur'an dan ada yg tidak beriman terhadap Al-Qur'an.
2. Allah SWT mengenal sikap dan perilaku orang-orang yg beriman yg bertakwa terhadap Allah SWT dan orang-orang yg tidak beriman yg berbuat durhaka terhadap Allah SWT.
3. Orang-orang yg beriman terhadap Allah SWT (umat Islam) harus yakin bahwa Rasul Allah SWT yg terbaru artinya Nabi Muhammad SWT dan Al-Qur'an artinya kitab suci yg harus dijadikan pedoman nasib umat insan hingga akhir zaman.
Umat Islam harus menyadari bahwa setiap amal tindakan insan baik ataupun kurang baik diketahui oleh Allah SWT. Dan masing-masing orang-orang akan memikul dosanya sendiri-sendiri.
I) PERILAKU ORANG YANG MENGAMALKAN QS YUNUS : 40-41.
1. Tidak suka mencemooh penganut agama lain maupun kelompok Islam lain dengan berkata bahwa dirinyalah yg paling benar.
2. Menghormati dan menghargai pendapat penganut agama lain maupun kelompok Islam lain dalam sebuah masalah.
3. Bersungguh-sungguh dalam menjalankan syariat Islam.
4. Meyakini dalam hatinya bahwa setiap orang-orang akam bertanggung jawab terhadapapa yg ia lakukan.
MENERAPKAN PRILAKU BERTOLERANSI DAN BERETIKA DALAM PERGAULAN
1. Jika kita bertetangga dengan penganut agama lain, jadi jangan sekali-kali mengejek mereka atas keyakinan yg mereka anut.
2. Sedikit-sedikit boleh ajarkan mereka mengenai keindahan islam.
3. Jika mereka tidak berminat untuk mengikuti aliran Islam, jadi tidak ada hak bagi kita untuk memaksakan kehendak.
4. Mengundang mereka dikala kita mengadakan sebuah acara, dan mendapatkan dan menghadiri undangan mereka.
5. Jika saudara kita dari kelompok Islam lain alias pun dari penganut agama lain sedang tertimpa musibah, kita harus menolong, mengantarkan dan mendoakan mereka[10]
J) Hadis yg Membahas Tentang Toleransi dan Etika pergaulan
Hadis Pertama
عَن اَبِي هُرَيرَة قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم خَمْسٌ مِنْ حَقِ اْلمُسْلِم عَلى اْلمُسْلِمْ رَدُ التَحِيَةِ وَاِجَابَةُ الدَعْوَةِ وَشُهُودُ الجَنَازَةِ وَعِيَادَةِ المَرِيضِ وَتَشْمِيَتُ الغَاظِسِ اِدَا حَمِدَاللهُ .
Dari Abi Hurairah ra. berkata, Rasullah bersabda:ada lima kewajiban orang-orang islam terhadap orang-orang islam lainnya, yaitu membalas salam, memenuhi undangan, melayat jenazah, menengok orang-orang sakit, dan berdoa bagi orang-orang yg bersin yg memuji Allah (membaca hamdallah).(Ibnu majah)
معنى
مفردة
معنى
رَدُ التَحِيَةِ
Menjawab salam
وَاِجَابَةُ الدَعْوَةِ
Dan memenuhi undangan
وَشُهُودُ الجَنَازَةِ
Dan melayat jenazah
وَعِيَادَةِ المَرِيضِ
Dan menengok orang-orang sakit
وَتَشْمِيَتُ الغَاظِسِ
Danmendoakanorang yangbersin
حَمِدَ
Membaca hamdalah
Dalam hadis di atas Rasullah Saw memberi pelajaran terhadap orang-orang islam mengenai kewajiban dan haknya dalam pergaulan sehari-hari. Hak dan kewajiban itu antara lain:
1) Kewajiban membalas salam
Apabila ada orang-orang islam yg memberi salam alias mengucapkan salam, yaitu “assalamu’alaikum” jadi orang-orang islam lainnya berkewajiban membalas alias menjawab salam itu. Memberi salam artinya sunah.
2) Kewajiban memenuhi Undangan
Orang islam apabila diundang oleh orang-orang islam lainnya, harus memenuhi alias menghadirinya, terutama artinya undangan pernikahan alias walimatul ursy.
3) Kewajiban Melayat orang-orang islam yg meninggal
Apabila ada orang-orang islam yg meninggal dunia, jadi orang-orang islam lainnya berkewajiban melayatnya. Hukumnya artinya harus kifayah.
4) Kewajiban mendoakan orang-orang islam yg bengkis
Apabila ada oarng islam bengkis lalu ia mengucapkan “alhamdulilah” jadi orang-orang islam yg mendengarkannya berkewajiban mendoakannya dengan mengucapkan doa” Yarhakumullah”.
Perintah yg di pesankan dalam hadis tersebut tampak sangat manusiawi dan sesuai dengan hukum sosial. Sebagaimana diakui dalam sosialogi bahwa pada kehidupan masyarakat apapun dan dimana pun beradanya sangat memerlukan adanya perilaku yg sebanding diantara anggotanya. Oleh sebab itu apa yg di anjurkan hadis tersebut artinya tata aturan/hukum sosial kemasyarakatan yg sangat cantik dan manusiawi. Lebih dari itu etika sosial tadi hukumnya bukan hanya mengandung nilai-nilai budaya luhur, tetapi juga mengandung kualitas peribadatan, sebab dalam praktiknya tidak sedikit mengandung doa guna membesarkan hati, menggembirakan, menentramkan, menghibur orang-orang yg bersangkutan.
Hadis Kedua
مَثَلُ اْلمُؤْمِنِيْنَ فِي تَوَادِهِمْ وَتَرَاحِمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ اْلجَسَدِ اِدَااسْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرِ اْلجَسَدِ بِالسَهَرِ وَاْلحُمَى رواه البخارى والمسلم .
Perumpamaan sesama orang-orang mukmin dalam mencinta, menyayangi, dan mencicipi lemah lembut semacam satu tubuh manusia, Jika diantara satu anggotanya merasa sakit jadi seluruh tubuh akan mencicipi gelisah dan sakit panas.(HR.Bukhori dan Muslim)
Saling mencintai
معنى
مفردة
معنى
مفردة
Tubuh
اْلجَسَدِ
Saling berlaku lemah lembut
وَتَعَاطُفِهِمْ
Anggota
عُضْوٌ
Mengadu
اسْتَكَى
Semua
سَائِرِ
Mereka
هِمْ
Gelisah
السَهَر
Sakit panas
وَاْلحُمَى
Saling menyayangi
تَرَاحِمِهِمْ
Merasakan
تَدَاعَى
Hadis ini menerangkan mengenai etika alias tata pergaulan sosial kemasyarakatan sesama muslim. Dalam hadis ini Rasullalah memberi pelajaran bagaimana relasi sosial orang-orang islam dengan orang-orang islam lainnya. Cinta kasih sayang dan kemesraan relasi orang0orang muslim dengan muslim lainnya itu digambarkan oleh Rasulallah SAW ibarat satu tubuh. Dalam hadis ini juga membahas mengenai pentingnya solideritas dalam kehidupan antara umat islam.
Kita tahu dan sadar bahwa insan tidak mampu nasib kecuali dalam kebersamaan. Kebersamaan baru mampu diwujudkan manakala solideritas tercermin dalam kehidupan masyarakatnya. Oleh sebab itu anjuran hadist tersebut terhadap umat islam untuk mewujudkan solideritas dalam kehidupan antra mereka artinya ajakan yg positif dan itulah etika pergaulan sesama umat islam.
K) Perilaku bertoleransi dan beretika dalam pergaulandalam Kehidupan Sehari-Hari
QS:al kafirun1-6
1. Hendaknya setiap mukmin mempunyai kepribadian yg teguh dan kuat
2. Masing- masing pemeluk agama mampu melaksanakan apa yg di anggapnya benar dan baik sesuai dengan keyakinannya
3. Setiap pemeluk agama akan di mintakan pertanggungan jawabnya di hadapan Allah SWT.
Q:S Yunus:40-41
1. Setiap orang-orang mukmin harus taat pada Allah dan rasul-Nya
2. Hendaknya orang-orang mukmin tahu bahwa Allah artinya pemelihara dan pengajar kita semua.
3. Orang yg tidak beriman menolak mempercayai nabi Muhammad sebagai rasul Allah dan apa yg dibawanya. Mereka berhak berpisah dengan cara baik-baik dan masing-masing akan dinilai oleh Allah SWT dan di beri balasan dan ganjaran yg sesuai.
.
Hadis Pertama
Etika pergaulan masyarakat sesama orng islam dilandasi dengan aliran islam. Tercakup di dalam kualitas budaya perlunya berperilaku yg sebanding demi mewujudkan masyarakat yg cantik dan menyenangkan.
Sesama orang-orang islam berkewajiban memenuhi hak dan kewajiban mereka masing-masing.
Dalam kehidupan sehari-hari orang-orang islam butuh doa untuk mendoakan sesama demi kesejahteraan mereka sendiri.
Hadis kedua
Kehidupan sosial orang-orang mukmin ibarat satu tubuh.
Orang-orang mukmin harus mempunyai solideritas, ta’awun dan kepedulian sosial terhadap orang-orang mukmin.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dalam goresan pena yg sangat sederhana berikut ini, penulis berusaha mengelaborasi dengan cara tematis konsep Islam mengenai toleransi dan etika pergaulan. Diawali dengan penjelasan seputar definisi, kemudian dilanjutkan dengan upaya untuk membuktikan bahwa Islam rahmatan lil ‘alamin sekaligus menyampaikan jalan keluar dalam mensikapinya, yaitu dengan prinsip toleransi (tasâmuh) dan beretika dalam pergaulan. Pada tahap akhir akan diuraikan dengan cara komprehensif solusi dimaksud, sesuai dengan perspektif yg dimajukan al-Quran dan sunnah.
. Hal ini sangat butuh dilakukan oleh umat manusia, sebab insan sebagai makhluk social yg memperlukan adanya relasi dengan insan lainnya, faktor ini dilakukan berfungsi untuk mampu memenuhi kebutuhan hidupnya. Maka dari itu sangat butuh perjuangan insan untuk mewujudkan relasi yg harmonis antar umat manusia.Salah satu caranya yaitu membuatkan sikap Toleransi, Etika pergaulan[11]).
[1]Yusuf al-Qaradhawi.1994.Fatwa Muashirah. Manshurah : Dara Al-Wafa. Cet. Ke-3.jilid 2. H.667.
[2]http://id.wikipedia.org//wiki/toleransi.
[3]A.S Hornby.1986.Oxford advanced learners dictionary of current english.hlm.909.
[4]Ahmad Warson Munawwir. 1997. Kamus al-Munawwir Arab Indonesia Terlengkap. Surabaya: Pustaka Progresif. Edisi ke-2. Cet. Ke-14. h. 657.
[5]http://id.wikipedia.org/wiki/Etika
6 Qs Al-kafirun ayat 1-6
[7]LKS Al-Hikmah MA,Qura’an Hadis.semester genap XII.Surabaya
[8]Ibid.lks
[9]Quraish shihab.Membumikan Al-Qura’an.cet x.hal 81 Jakarta.
[10]Quraish shihab.Membumikan Al-Qura’an.cet x.hal 51-53 Jakarta
[11]Muanawir.Kamus kontemporer.
No comments:
Post a Comment